Sarana Komunikasi dan Ruang Kreasi Paroki Padre Pio Helvetia - Medan

Jumat, 04 Februari 2011

Padre Pio - Harum Surgawi


Beberapa orang kudus dianugerahi karunia yang dikenal sebagai “harum kekudusan”. Fenomena ini disebut osmogenesia. Karunia ini memampukan orang untuk mengenali kehadiran orang kudus tersebut melalui bau harum yang khas. St Padre Pio dianugerahi harum tanda kesucian yang disebut harum kekudusan, sebab itu, orang yang berada di dekatnya, dapat seringkali mencium harumnya yang khas. Bau harum ini kerapkali terpancar dari tubuhnya atau dari benda-benda yang disentuhnya atau dari pakaiannya. Terkadang bau harum ini dapat tercium pada tempat-tempat yang ia lalui.

`     Biarawan Modestino mengisahkan, “Suatu ketika aku melewatkan masa liburku di St. Giovanni Rotondo. Aku pergi kepada Padre Pio di sakristi pagi itu untuk melayani Misa Kudus, tetapi biarawan-biarawan lain telah ada di sana saling berdebat di sakristi mengenai siapa yang boleh mendapatkan hak istimewa ini. Padre Pio menyela perdebatan mereka dengan mengatakan - `hanya dia yang akan melayani Misa Kudus'- dan Padre Pio menunjuk padaku! Aku menyertai Padre Pio menuju altar St Fransiskus; aku menutup pintu dan mulai melayani Misa Kudus dalam kekhidmadan yang luar biasa. Ketika Misa sampai pada bagian `Sanctus' tiba-tiba aku rindu mencium lagi bau harum tak terlukiskan yang tercium olehku saat aku mencium tangan Padre Pio. Kerinduan itu segera terpenuhi dan seolah aku mabuk oleh harum St Padre Pio. Keharuman itu semakin dan semakin merebak begitu rupa hingga wewangian itu membuatku bernapas secara tak teratur. Aku menyandarkan tanganku pada rel komuni agar aku tak jatuh! Aku nyaris tak sadarkan diri ketika secara batin aku mohon pada Padre Pio untuk menyelamatkanku dari rasa malu di hadapan umat. Tepat saat itu, bau harum pun lenyap. Sore hari, sementara aku menyertai Padre Pio ke kamarnya, aku minta penjelasan Padre Pio mengenai fenomena yang terjadi. Jawabnya, `Anakku, aku tak dapat menjelaskannya. Adalah campur tangan Tuhan untuk mengijinkan seseorang mencium bau harum itu kapanpun seperti yang dikehendaki-Nya.'”

Seorang laki-laki bertemu dengan Padre Pio melalui serangkaian peristiwa aneh yang tak terduga. Ia bercerita, “Pertama kali aku mendengar orang berbicara mengenai biarawan religius yang luar biasa ini adalah setelah masa perang. Seorang temanku kenal baik dengan Padre. Ia berbicara antusias mengenainya. Tetapi aku berkata kepada diriku sendiri bahwa cerita-ceritanya mengenai orang kudus ini agak sedikit berlebihan. Jadi, harus kuakui bahwa reaksi pertamaku adalah acuh dan tak percaya. Begitu pula ketika temanku menceritakan berbagai fenomena yang terjadi melalui Padre Pio, terutama mengenai bau harum itu. Banyak orang menyatakan mencium aroma wewangian bahkan ketika mereka tidak berada dekat sang biarawan yang kudus itu. Dapat kalian bayangkan betapa tercengangnya aku ketika hal ini mulai terjadi pula padaku. Akan tercium olehku aroma violet di tempat-tempat yang tak lazim, di mana bahkan tak didapati tanda-tanda akan adanya bunga di sana. Aku mulai terheran-heran akan diriku sendiri. Aku mulai meragukan inderaku. Aku bahkan mengatakan kepada diriku sendiri bahwa pastilah aku sedang bermimpi. Suatu hari, fenomena itu terjadi kala aku sedang berlibur bersama isteriku. Aku pergi ke kantor pos guna mengeposkan sepucuk surat. Kantor pos tersebut tidak biasa mempergunakan pengharum ruangan. Dan setahuku tak ada kantor pos yang demikian. Tetapi, sekonyong-konyong, dan tak mungkin salah, tercium olehku harum bunga violet. Mencium wangi ini, isteriku bertanya, `Darimanakah bau harum ini berasal?' Dengan terkejut aku bertanya, `Apakah engkau menciumnya juga?' Lalu kuceritakan kepada isteriku mengenai Padre Pio dan mengenai aroma wangi-wangian khas yang menyertai kehadirannya. Aroma ini dapat tercium bahkan jika orang berada jauh dari Padre yang baik itu. Isteriku tersentuh, lalu katanya, `Jika aku adalah engkau, sekarang juga aku akan berangkat ke San Giovanni Rotondo.' Maka, keesokan harinya kami pun berangkat. Kami berjumpa dengan Padre Pio dan ia berkata kepadaku, `Ah, inilah dia pahlawan kita. Betapa aku bersusah payah memanggilmu untuk datang ke mari.' Hari itu juga, aku beroleh kesempatan untuk berbicara secara pribadi dengan Padre Pio. Sejak saat itu hidupku berubah.”

Tidak ada komentar: