Sarana Komunikasi dan Ruang Kreasi Paroki Padre Pio Helvetia - Medan

Jumat, 04 Februari 2011

Padre Pio & Indra Kodrati

Banyak orang kudus dalam Gereja Katolik memiliki karisma yang memampukan mereka mengetahui sesuatu yang jauh, atau melihat masa depan, atau melihat serta merasakan sesuatu di tempat yang jauh dengan mempergunakan pancaindera dan kemampuan intelektual normal mereka. Padre Pio memiliki karisma indera adikodrati ini. Hanya dengan melihat seseorang, ia dapat melihat ke dalam bagian-bagian jiwanya yang paling rahasia.

Seorang wanita datang dari Inggris untuk mengakukan dosanya kepada Padre Pio. Ia pergi ke kamar pengakuan, tetapi Padre Pio menutup jendelanya seraya berkata, “Aku tidak dapat melayanimu.” Wanita itu tinggal beberapa minggu lamanya dan sepanjang waktu itu, setiap hari ia kembali datang ke kamar pengakuan dan setiap hari ia kembali ditolak. Pada akhirnya, Padre Pio mau mendengarkan pengakuan dosanya. Wanita itu bertanya kepada Padre Pio mengapakah Padre membuatnya menunggu begitu lama agar dapat mengaku dosa. Padre Pio menjawab, “Dan engkau sendiri? Berapa lama engkau telah membiarkan Tuhan kita menunggu? Seharusnyalah engkau heran bahwa Yesus mau menyambutmu setelah engkau melakukan begitu banyak sakrilegi. Engkau telah menunda-nunda pengakuanmu selama bertahun-tahun; di samping itu, walau engkau berdosa terhadap suamimu dan terhadap ibumu, engkau tetap menyambut Komuni Kudus dalam keadaan dosa berat.” Wanita itu terperanjat dan ia sungguh menyesal. Ia menangis ketika menerima absolusi. Ia kembali ke Inggris beberapa hari kemudian, dalam keadaan amat bahagia.

Seorang wanita menceritakan kisah berikut. “Pada tahun 1945, ibuku mengajakku pergi ke St. Giovanni Rotondo guna memperkenalkanku secara pribadi kepada Padre Pio dan agar aku mengakukan dosaku kepadanya. Ada begitu banyak orang berada dalam antrian! Sementara menunggu giliran, aku memikirkan apa-apa yang hendak aku akukan kepadanya; tetapi, ketika aku berutut di hadapannya, pikiranku kosong. Padre terkasih segera mengetahui keadaanku dan, seraya tersenyum ia berkata, `Apakah engkau keberatan jika aku mengatakannya untukmu?' Aku menyatakan persetujuanku dengan menganggukkan kepala, dan sebentar kemudian aku sungguh heran. Tampaknya mustahil! Padre Pio mengatakan kepadaku, kata demi kata, apa-apa yang hendak aku katakan kepadanya. Aku tetap tenang dan secara batin aku menyampaikan terima kasih kepadanya sebab telah membuatku mengalami salah satu karismanya yang luar biasa. Aku menyerahkan kesehatan jiwa dan ragaku kepadanya. Ia menjawab, `Aku akan menjadi bapa rohanimu untuk selamanya!' Aku meninggalkan kamar pengakuan dengan luapan sukacita dalam hatiku. Sementara aku dalam perjalanan pulang dalam kereta dan di sepanjang jalan, tercium olehku harum semerbak bunga-bungaan yang tak akan pernah mungkin terlupakan olehku!

Tidak ada komentar: